![]() |
Trigonopterus sp. 319 (Sumber: Kompas.com) |
Dibei nama demikian, karena Trigonopetrus merupakan jenis kumbang mini bermoncong panjang yang hidup di seresah tanah. Kumbang ini dikenal dalam bahasa Inggris dengan movingless beetle atau flightless beetle. Pasalnya, karena kumbang ini memang malas bergerak dan tidak bisa terbang. Spesimen itu dinyatakan sebagai Trigonopterus amphoralis Marshall. Nama Marshall merujuk pada orang yang mendeskripsikannya sebagai spesies baru dari Kumbang ini.
Terdapat beberapa spesimen T amphoralis yang tersebar di dunia. Dua spesimen jantan ada di Museum Zoologi Bogor (MZB). Sedangkan, sejumlah spesimen lain ada di British Museum of Natural History di London. Seharusnya, upaya mempelajari spesies itu kembali mudah sebab spesimen ada di museum. Namun, ketika ahli Trigonopterus dari Natural History Museum di Karlsruhe, Alexander Riedel, hendak mempelajari spesies Kumbang ini 80 tahun kemudian, situasinya jadi sangat rumit.
Riedel yang bekerja sama dengan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cahyo Rahmadi serta Yayuk Suhardjono, dalam publikasi di Zookeys, 22 Desember 2014 lalu, tidak berhasil menemukan spesimen hewan itu. Ketika mencari di British Museum of Natural History, situasinya tak kalah rumitnya. Ada spesimen yang dilabeli dengan T amphoralis. Namun, ketika diteliti, ciri-cirinya sangat berbeda dengan kumbang tersebut.
Hal itulah yang menyebabkan hilangnya T amphoralis. Di museum Inggris, peneliti mengatakan, mungkin spesimen sempat terlepas dari kartu yang menerangkan identitasnya. Lalu, ketika petugas museum merapikan, spesimen dilekatkan pada kartu identitas yang berbeda. Kerumitan berhasil dipecahkan ketika Riedel bersama Cahyo dan Yayuk melakukan serangkaian ekspedisi penelitian Trigonopterus di Jawa, Sumatera, Bali, Palawan, Lombok, Sumbawa, dan Flores.
![]() |
Wilayah persebaran (Sumber: rspb.royalsocietypublishing.org) |
Yayuk mengatakan, T amphoralis berhasil dideskripsikan ulang dalam riset yang menemukan 98 jenis kumbang Trigonopterus baru dari Indonesia. Penemuan tersebut menggaris bawahi keragaman hayati Indonesia. Bayangkan, hanya dengan meneliti seresah di atas tanah, hampir seratus jenis kumbang dari satu genus berhasil ditemukan. Setelah penemuan, kata Yayuk, penting untuk menjaga kelestarian lingkungannya. Penting pula untuk melakukan bioprospeksi, agar penemuan jenis baru bisa mendatangkan manfaat nyata bagi anak bangsa Indonesia. (ws/tn)
0 komentar:
Post a Comment