Peneliti Norwegia Olah Limbah Jadi Energi Listrik dengan Bakteri

Saat ini, para peneliti asal Norwegia sedang berupaya memanfaatkan bakteri untuk mengurai limbah cair yang notabene bahan biologis terdegradasi untuk menghasilkan air murni sekaligus listrik. Mengingat, bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, gas, dan batu bara masih menjadi sumber utama energi dunia.

Ilustrasi peneliti Norwegia
Di Amerika Serikat (AS), sebanyak 5% limbah cair diolah menjadi energy. Menurut para peneliti, terbatasnya bahan bakar fosil tak selamanya akan menjadi sumber utama energi karena ketersediaannya yang terbatas. Apalagi, pemanfaatan bahan bakar fosil diketahui berkontribusi besar terhadap pemanasan global sehingga memicu perubahan iklim.

Oleh karena itu, saat ini dunia membutuhkan sumber energi baru dan terbarukan yang ramah terhadap lingkungan. Para peneliti berupaya memanfaatkan air limbah yang sejatinya mengandung energi tersembunyi.  Dari berbagai teknik pengolahan limbah cair, elektrokimiawan Luis Cesar Colmenares dan ahli bakteri Roman Netzer dari lembaga penelitian SINTEF di Trondheim, Norwegia, memanfaatkan bakteri untuk mendegradasi limbah cair menjadi air murni dan listrik menggunakan sistem microbiological fuel cells (MFC).

Adapun cara kerjanya yakni, di dalam MFC, bakteri memecah limbah organik sehingga menghasilkan elektron. Bakteri kemudian menggunakan elektron untuk menghasilkan senyawa yang kaya energi, seperti adensosine triphosphate (ATP). Senyawa ini dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup. “Secara sederhana, jenis sel bahan bakar dapat bekerja karena bakteri memakan limbah yang ditemukan dalam air,” ucap Colmenares pada Gemini (Science News From NTNU And SINTEF), seperti dikutip dalam Koran-jakarta.com, Kamis (26/2).

Dengan demikian, sel bahan bakar (fuel cell) menghasilkan energi yang sepenuhnya dari proses alamiah, yakni dengan bantuan mikroorganisme hidup. “Ini merupakan proses yang ramah lingkungan untuk mengolah limbah cair industri dan sejenisnya menjadi air murni,” tambahnya, seperti dikutip dalam Koran-jakarta.com.

Awal penemuan Bakteri dilakukan oleh Colmenares dan Netzer yang berhasil memecahkan tantangan menemukan mekanisme dan bakteri yang paling cocok untuk memurnikan air. “Kami menemukan bakteri yang tidak hanya mampu mengonsumsi produk limbah di dalam air, tetapi juga bisa mentransfer elektron ke elektroda logam”, kata Netzer, seperti dikutip dalam Koran-jakarta.com.

Netzer menjelaskan sistem MFC memungkinkan untuk memanfaatkan dua jenis bakteri secara sekaligus untuk memurnikan dan menghasilkan listrik. Pada satu sisi, bakteri memakan limbah, sisi lain menghasilkan listrik. Dalam suatu kombinasi, kedua bakteri dapat mempercepat produksi energi. “Setelah memakan limbah, bakteri menghasilkan elektron dan proton. Tegangan yang timbul antara partikel-partikel tersebut menghasilkan energi yang dapat kita manfaatkan,” timpal Colmenares.

Karena limbah cair (bahan organik) telah dimakan bakteri, secara otomatis air akan bersih. “Semua terjadi dalam sistem tertutup, proses ini anaerob (tanpa udara),” kata Netzer, seperti dikutip dalam Koran-jakarta.com.

Nah, bakteri Shewanella oneidensis dapat bekerja baik, dengan ataupun tanpa oksigen. Untuk menguji kemampuan bakteri memurnikan air dan menghasilkan listrik, mereka telah melakukan uji coba di sebuah laboratorium dengan menggunakan air limbah dari pabrik susu lokal yang kaya akan asam organik.

Walhasil, bakteri mampu menghasilkan listrik kecil. “Dalam praktiknya, listrik itu cukup untuk menggerakkan kipas angin kecil, sensor, atau dioda pemancar cahaya”, kata Netzer. Kini, mereka tengah berusaha mengaplikasikan sistem MFC untuk memproduksi listrik dalam volume lebih besar. Baca Juga: Bakteri Olah Air Limbah Jadi Air Bersih dengan Teknologi A3O yang Hemat Energi

Terima kasih telah membaca Peneliti Norwegia Olah Limbah Jadi Energi Listrik dengan Bakteri

Posted by Wasiwa
Wasiwa Updated at: February 26, 2015

3 komentar:

  1. Limbah kini ada dimana-mana, kebanyakan dari limbah manusia itu sendiri.
    Saran saya adalah, untuk penggunaan seperti plastik atau styrofoam lebih dikurangi. Dan untuk penggunaan Tray Makanan lebih baik menggunakan bahan yang terbuat dari kertas.

    Sebab kertas mengandung unsur yang dapat berbaur dengan tanah. So, jika kertas dibuang sembarangan oleh masyarakat maka kertas tersebut tidak akan mencemari lingkungan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali mas Irham, Indonesia patut meniru hal ini. dengan menerapkan sistem seperti ini maka lingkungan RI menjadi bersih dan kitapun tidak malu dengan negara tetangga.

      Delete
  2. Artikel seperti ini sangat jarang ditemukan dimana bakteri mampu menghasilkan listrik. ini bisa dijadikan contoh banyak orang jadi tidak hanya mengandalkan energi yang jumlahnya terbatas saja. ini bisa jadi alternatif. Thanks..

    ReplyDelete