Ciri-ciri hewan Chiroptera (Makalah Oleh : May Hastuti Lubis)
Kelelawar merupakan mamalia yang dapat terbang yang termasuk ordo Chiroptera. Hewan ini merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang dengan menggunakan sayap. Hewan ini bersifat nokturnal karena aktif mencari makan dan terbang hanya pada waktu malam hari, sehingga kelelawar memerlukan tempat bertengger (roosting area) dan tidur dengan bergelantung terbalik pada siang hari. Kelelawar banyak dijumpai di gua yang sangat gelap. Kelewar termasuk hewan mamalia, yaitu hewan yang menyusui anaknya dan berkembang biak dengan cara melahirkan. Kelelawar juga satu-satunya hewan mamalia yang dapat terbang. Hewan ini sangat unik, karena ia memiliki kemampuan dalam terbang dan mencari makan pada malam hari. Karena aktivitasnya pada malam hari itulah maka kelelawar termasuk salah satu hewan nokturnal. Nokturnal yaitu hewan yang lebih banyak melalukan aktivitas pada malam hari. Sedangkan pada siang hari kelelawar tidur dengan posisi kepala di bawah (Rahma , 2013).
Dalam keadaan gelap, kelelawar tidak pernah menabrak benda yang dilaluinya. Kelelawar juga tidak kesulitan menemukan makanan. Hal ini dikarenakan kelelawar memiliki keistimewaan. Kelelawar memiliki indra pembau dan pendengar yang tajam. Dengan penggabungan keduanya, kelelawar dapat menemukan makanan. Kelelawar dapat menentukan arah terbang dan menghindari tabrakan. Pada saat terbang kelelawar mengeluarkan bunyi yang memiliki frekuensi sangat tinggi yang disebut bunyi ultrasonik. Bunyi ultrasonik akan mengenai mangsa atau benda di sekitarnya, bunyi akan dipantulkan kembali oleh benda tesebut. Bunyi pantulan membuat kelelawar memperkirakan jarak terbang. Kelelawar dapat mengenali benda di sekitarnya, inilah yang membuat kelelawar dapat membedakan antara mangsa dan bukan mangsa. Kemampuan yang dimiliki kelelawar tersebut dinamakan ekolokasi (Rahmadi, 2013).
Selain mempunyai penglihatan yang baik, kelelawar lebih mengandalkan pada suaranya yang nyaring untuk menuntunnya terbang. Ia mengeluarkan bunyi yang dinamakan "Ultrasonic" yang tidak dapat didengar manusia. Getaran bunyi ini mempunyai frekuensi antara 25.000 - 50.000 Hz. Jika menabrak suatu obyek atau benda, getaran suaranya itu memantul kembali, lalu ditangkap telinganya yang lebar yang berfungsi sebagai radar baginya. Proses ini hanya memakan waktu sepersepuluh detik, cukup bagi kelelawar untuk mengetahui apa yang ada di depannya, kemana arahnya dan berapa kecepatannya. Hidungnya yang berbentuk aneh seperti misalnya kaki kuda, trisula dengan tonjolan, membuatnya dapat mengeluarkan ultrabunyi. Telinga kelelawar dapat mendengar bunyi yang berfrekuensi tinggi, yang tidak bisa didengar oleh manusia (Rahmdi, 2013).
Klasifikasi hewan Chiroptera
Klasifikasi kelelawar menurut Kunz (1991) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Chiroptera
Sub Ordo: Megachiroptera dan Microchiroptera
Sub-ordo Megachiroptera merupakan kelelawar pemakan buah-buahan; sedangkan sub-ordo Microchiroptera kelelawar pemakan serangga. Suyanto (2001) menyatakan bahwa sub-ordo Megachiroptera berukuran besar, telinga tidak memiliki 4 tragus (bagian yang menyerupai tangkai dalam telinga) atau anti tragus (bagian datar yang terletak dalam telinga), cakar ditemukan pada jari sayap kedua dan terdiri atas dua tulang jari. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sub-ordo Microchiroptera berukuran kecil, telinga memiliki tragus atau anti tragus, jari sayap kedua tidak bercakar dan tidak memiliki tulang jari (Chairunnisa, 1997). Sub-ordo Megachiroptera dan Microchiroptera memiliki perbedaan. Pada umumnya sebagian besar sub-ordo Microchiroptera memiliki telinga yang besar dan kompleks, memiliki tragus dan anti tragus. Sub-ordo Megachiroptera memiliki kuku pada jari kedua yang tidak dimiliki Microchiroptera. Ukuran tubuh sub-ordo Megachiroptera relatif besar, memiliki telinga luar yang sederhana tanpa tragus, jari kedua kaki depan bercakar dan mata berkembang dengan baik (Wund dan Meyrs, 2005).
Sub-ordo Microchiroptera menggunakan ekolokasi yang rumit untuk orientasi (navigasi) dan tidak menggunakan penglihatan pada saat terbang, serta umumnya memiliki mata kecil. Sub-ordo Megachiroptera lebih menggunakan penglihatan pada saat terbang, memiliki mata yang menonjol dan terlihat jelas, meskipun beberapa jenis marga Rousettus ditemukan menggunakan ekolokasi. Ekolokasi merupakan kemampuan kelelawar menangkap pantulan gelombang ultrasonik dari suara kelelawar yang bersentuhan dengan benda diam atau bergerak. Kelelawar pada saat terbang, mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi (ultrasonik) yaitu sekitar 50 Khz yang tidak dapat ditangkap telinga manusia. Manusia hanya dapat menangkap suara pada kekuatan frekuensi 3-18 Khz (Suyanto, 2001).
Morfologi Kelalawar
Kelelawar termasuk ordo Chiroptera. Chiroptera berasal dari bahasa Yunani “cheir” yang berarti tangan. Dan “pteros” yang berarti selaput atau dapat diartikan sebagai sayap tangan, karena kaki depannya termodifikasi menjadi sayap. Sayap dinamakan pataginum yang membentang dari tubuh sampai jari kaki depan, kaki belakang dan ekornya. Pada kelelawar betina, patagium berfungsi untuk memegang anaknya yang baru dilahirkan dengan kepala ke bawah. Selain untuk terbang sayap kelelawar berfungsi untuk menyelimuti tubuhnya ketika cuaca dingin dan mengipaskan sayapnya jika cuaca panas. Kelelawar aktif pada malam hari karena pada siang hari dapat mengakibatkan radiasi yang merugikan sayap yang disebabkan karena terkena cahaya matahari sehingga lebih banyak panas yang diserap dari pada yang dikeluarkan. Hal ini disebabkan sayap kelelawar hanya berupa selaput kulit tipis yang sangat rentan terkena sinar matahari (Cobert dan Hill, 1992).
Sistem Gerak Kelalawar
Kelelawar memiliki lengan yang kuat untuk menopang sayapnya yang besar dan lebar. Di sayapnya terdapat lima jari yang bertulang panjang serta dilengkapi cakar yang kuat. Cakar kuat ini digunakan untuk bergantung terbalik di pohon atau langit-langit gua, karena kaki mereka tidak berkembang secara sempurna. Kelelawar tidak terbang sebaik burung, karena struktur sayap yang sangat berbeda. Sayap kelelawar terdiri dari lapisan kulit tipis (patagium) ganda, yang terdiri dari banyak pembuluh darah, serabut jaringan ikat, dan saraf. Selaput tipis ini terentang di kedua sisi tubuhnya dan diperkuat oleh jari-jari yang menyerupai rangka payung. Walau bersayap tipis, kelelawar mahir melakukan manuver dengan cepat dan mudah saat menemukan mangsa. Namun, saat tidak terbang, kelelawar lebih suka menghangatkan diri dengan bergantung terbalik, dan melilit tubuhnya menggunakan sayap besarnya itu (Chicchy, 2013).
Sistem Reproduksi Kelalawar
Kelelawar melahirkan anaknya dalam keadaan head-down (posisi terbalik) pada posisi roosting. Selaput kulit (patagium) digunakan sebagai tempat melahirkan anaknya. Pada umumnya kelelawar berkembang biak hanya satu kali dalam setahun dengan masa kehamilan 3 sampai 6 bulan, dan hanya bisa melahirkan satu atau dua ekor bayi setiap periodenya (Altringham, 1996). Bayi yang baru dilahirkan ini mempunyai bobot yang dapat mencapai 25-30% dari bobot tubuh induknya, lebih besar dari bayi manusia yang mencapai 5% dari bobot tubuh induknya. Kelelawar yang baru dilahirkan memiliki gigi susu, tetapi akan segera digantikan dengan gigi permanen. Gigi susu pada beberapa jenis cukup tajam dengan berbentuk membengkok. Ini dapat membantu bayi kelelawar berpegangan pada induknya saat induknya terbang berkeliling dengan menggendong bayinya (Ceave, 1999).
Peranan Kelelawar dalam kehidupan
Kelelawar memiliki peranan penting dalam ekosistem. Kelelawar berfungsi sebagai pemencar biji tumbuh-tumbuhan di hutan tropik. Karena prilaku makan dan kemampuan terbang yang jauh menyebabkan daya pencar biji-bijian pun jauh. Fungsi lainnya adalah sebagai penyerbuk bunga. Terdapat sekitar 300 jenis tanaman tropik yang penyerbukan dan pemencarannya dilakukan oleh kelelawar (Suyanto, 2003). Wiyatna (2003) menyebutkan bahwa guano kelelawar memiliki kandungan bahan-bahan utama pupuk yaitu 10% nitrogen, 3% fosfor dan 1% potasium. Kandungan nitrogen yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, sedangkan fosfor dapat meransang pertumbuhan akar.akan tetapi keanekaragaman.
Kesimpulan
- Kelelawar merupakan mamalia yang dapat terbang yang termasuk ordo Chiroptera. Hewan ini merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang dengan menggunakan sayap.
- Nokturnal yaitu hewan yang lebih banyak melalukan aktivitas pada malam hari. Sedangkan pada siang hari kelelawar tidur dengan posisi kepala di bawah.
- Kelelawar memiliki indra pembau dan pendengar yang tajam. Dengan penggabungan keduanya, kelelawar dapat menemukan makanan. Pada saat terbang kelelawar mengeluarkan bunyi yang memiliki frekuensi sangat tinggi yang disebut bunyi ultrasonik.
- Sub-ordo Megachiroptera merupakan kelelawar pemakan buah-buahan; sedangkan sub-ordo Microchiroptera kelelawar pemakan serangga.
- Gua merupakan tempat proses adaptasi berbagai jenis organisme berlangsung dan kelelawar dapat digunakan sebagai penyeimbang ekosistem.
- Pada morfologi kelelawar terdapat sayap yang dinamakan pataginium.
- Kelelawar memiliki peranan penting dalam ekosistem. Kelelawar berfungsi sebagai pemencar biji tumbuh-tumbuhan di hutan tropik dan penyerbukan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
- Ceave, A. 1999. Bats a Portrait of The Animal World. TODTRI Book Publisher. New York.
- Cobert, G.B dan J.E.Hill. 1992. The Mammals of The Indomalaya Region; A Systematic Review. Oxford University Press. Oxford.
- Maryanto, I dan Mahadaratunkamsi. 1991. Kecenderungan jenis-jenis kelelawar dalam memilih tempat bertengger pada beberapa gua di Kabupaten Sumbawa, Pulau Sumbawa. Media Konservasi III (3): 29-34.
- Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI.
- Suyanto, A. 2003. Kalelawar pemakan buah dan Taman Nasionak Gunung Halimun. Zoo Indonesia, 5 (2): Hal 31-41
- Wiyatna, M.F. 2003. Potensi Indonesia sebagai penghasil pospat guano kelelawar. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
- Anonymouse. 2013. Gambar Morfolofi (online). Sumber: biologieducationasik.blogspot.com. Di akses pada tanggal 26 Desember 2013.
- Chicchy.2013.Vertebrata Kelelawar (online). http://biologieducationasik.blogspot.com. Di akses pada tanggal 26 Desember 2013.
- Rahmadi. 2013 . Ordo Chiroptera (online). http://info-biologiku.blogspot.com/ordo-chiroptera. Diakes pada tanggal 26 Desember 2013.
- Rahmah. 2013. Ciri Khusus Pada Kelelawar (online). http://asagenerasiku.blogspot.com ciri-khusus-pada-kelelawar. Di akses pada tanggal 26 Desember 2013.