Walangkekes Cynocephalus variegatus
atau dikenal dengan kubung sunda merupakan mamalia yang memiliki kemampuan
melayang mengagumkan. Ia dapat meluncur dari tempat tinggi ke tempat yang lebih
rendah layaknya terbang. Kemampuan ‘terbang’ ini dapat dilakukan karena Walangkekes Cynocephalus variegatus
memiliki selaput tipis yang dapat dikembangkan dan saling terhubung pada empat
kaki dan ekornya.
Penampakannya
mirip dengan kostum olahraga wingsuit flying, olahraga ekstrim yang membuat
manusia terbang di angkasa dengan menggunakan pakaian khusus yang disebut
jumpsuit yaitu pakaian menyerupai sayap di bagian lengan dan selangkang
penerjun.
Dalam
Bahasa Inggris, kubung sunda sering disebut Sunda Flying Lemur, Malayan Flying Lemur, atau Sunda Colugo, satu dari
dua spesies anggota keluarga Cynocephalidae disamping kubung filipina (Cynocephalus volans). Sebutan Flying
Lemur sendiri cukup mengundang kebingungan di kalangan awam, karena selain
satwa ini tidak terbang seperti burung atau kelelawar, melainkan melayang,
jenis ini juga bukanlah lemur.
Walangkekes Cynocephalus variegatus
hanya mampu melayang dari satu tempat ke tempat lain yang lebih rendah dengan
mengandalkan kulit tipis di sekitar kaki dan ekornya. Saat kulit tipisnya
mengembang, sekilas, Walangkekes
Cynocephalus variegatus tampak mempunyai sayap. Secara umum, ukuran Walangkekes Cynocephalus variegatus
hampir seukuran dengan kucing dewasa, dengan berat 1 – 1.75 kg, dengan panjang antara 36 – 43 cm dan
ditambah ekor sepanjang antara 22 – 27 cm. Jika ‘sayap’ nya direntangkan
maksimal, lebar satwa ini bisa mencapai 70 cm.
![]() |
Kubung sunda mamalia yang memiliki kemampuan melayang mengagumkan |
Nama
latin kubung sunda sendiri Cynocephalus variegatus bersinonim dengan
Galeopterus variegatus. Saat ini, terdapat empat subspesies kubung sunda, yaitu
G. v. variegatus (dijumpai di pulau Jawa), G. v. temminckii (di pulau
Sumatera), G. v. borneanus (di Kalimantan ), dan G. v. peninsulae (di
Semenanjung Malaysia dan daratan Asia Tenggara). Kubung sunda merupakan binatang arboreal dan
herbivora yang aktif di malam hari (nokturnal). Makanan kesukaannya adalah
bagian-bagian tumbuhan yang lunak seperti tunas, bunga, dan buah-buahan.
Dengan
selaputnya yang disebut patagium dan didukung dengan dimensi tubuhnya, seekor Walangkekes Cynocephalus variegatus
mampu meluncur dan melayang dari pohon satu ke pohon yang lain sejauh 110
meter. Saat melayang, Walangkekes
Cynocephalus variegatus mampu bermanuver tajam untuk menghindari halangan,
serta dapat melakukan navigasi. Menurut
para ahli, selaputnya juga berfungsi seperti parasut yang memungkinkannya
mendarat dengan mulus. Dalam satu malam,
Walangkekes Cynocephalus variegatus
mampu melayang hingga lebih dari tiga kilometer. Selain jago melayang, Walangkekes Cynocephalus variegatus juga mahir memanjat pohon.
Habitat
Walangkekes Cynocephalus variegatus ini
adalah hutan hujan tropis daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.000 meter
di atas permukaan laut (m dpl). Namun, Walangkekes
Cynocephalus variegatus juga dapat beradaptasi di berbagai habitat seperti
hutan bakau, hutan sekunder, dan perkebunan. Di Indonesia, Walangkekes Cynocephalus variegatus tersebar di Jawa, Sumatera, dan
Kalimantan.
Walangkekes Cynocephalus variegatus
termasuk hewan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. IUCN Redlist masih memasukkannya
dalam Least Concern atau Risiko Rendah sejak 1996 karena populasinya yang masih
stabil di alam. Meski begitu, kerusakan dan dan hilangnya habitat yang ditambah
perburuan telah mengancam kehidupan Walangkekes
Cynocephalus variegatus. Sumber: Mongabay.co.id)
0 komentar:
Post a Comment