Pemberokan dan Penyuntikan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var)

Lele Sangkuriang

Pemberokan induk betina dilakukan dalam bak seluas 4 – 6 m2 dan tinggi 1m, pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran dalam usus pencernaan dan mengurangi kandungan lemak dalam gonad. Setelah proses pemberokan selesai, kematangan gonad induk diperiksa kembali.

Induce breeding (kawin suntik) adalah salah satu usaha untuk memproduksi benih ikan secara optimal yang tidak tergantung pada musim. Disamping itu, metoda ini dapat digunakan untuk memproduksi benih dari induk yang tidak mau memijah secara alami (Bramasta, 2009).

Menurut Khairuman dan Amri (2009) bahwa untuk merangsang induk lele agar memijah sesuai dengan yang diharapkan, sebelumnya induk disuntik menggunakan ovaprim dengan dosis 0,5 cc/kg. Dapat juga digunakan kelenjar hipofisa dari ikan mas yang telah matang kelamin.

Penyuntikan menggunakan kelenjar hipofisa cukup satu dosis. Artinya, ikan donor yang akan diambil kelenjar hipofisanya, beratnya sama dengan induk lele sangkuriang yang akan disuntik.

1 Stripping dan Pembuahan Ikan LeleSangkuriang (Clarias gariepinus var)
Telur-telur induk betina yang telah disuntik akan mengalami ovulasi sehingga dengan mudah di stripping atau dikeluarkan dengan cara mengurut dari bagian genitalnya. Stripping dilakukan setelah 8 jam dari penyuntikan.

Pembuahan Ikan LeleSangkuriang (Clarias gariepinus var)

Menurut Khairuman dan Amri (2009) bahwa setelah telur dan sperma dicampur dengan sodium atau NaCL 0,90%, diaduk secara perlahan dengan menggunakan bulu ayam. Tujuan pencampuran sodium adalah untuk mengencerkan sperma agar sperma dan telur lebih merata. Setelah diaduk secara merata dan telur sudah terbungkus oleh sperma, langkah selanjutnnya adalah pembuahan. Pembuahan dilakukan dengan cara memasukkan air kedalam wadah telur yang sudah dicampur dengan sperma. Proses pembuahan ini berlangsung cepat karena sperma hanya aktif bergerak dan bertahan hidup kurang lebih 1 menit setelah terkena air.

2. Penetasan Telur Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var)
Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan kandungan oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi. Telur lele sangkuriang menetas 30 – 36 jam setelah pembuahan pada suhu 22 – 25 ºC. Larva lele sangkuriang yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. 

Telur Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var)

Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa penetasan. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva umur 4 – 5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam (Bramasta, 2009).

Menurut Khairuman dan Amri (2009), telur akan menetas tergantung dari suhu perairan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas (tinggi), telur akan semakin cepat menetas. Begitu pula sebaliknya, jika suhu turun atau rendah maka telur akan lama menetas. Kisaran suhu yang baik untuk penetasan telur adalah 27 – 30 0C.

Selama perawatan telur sampai menetas perlu penambahan air sebagai pengganti air yang terbuang saat melakukan penyiponan. Dapat pula ditambahkan obat (bahan kimia) Methyline blue yang dilarutkan dalam media air dengan dosis 0,1 mg/l. Obat atau desinfektan ini akan melindungi telur dan larva dari serangan jamur ataupun bakteri (Lukito, 2002).

Menurut Suyanto (2006) bahwa derajat penetasan telur (Hatching Rate) adalah perhitungan tingkat persentase penetasan telur dalam suatu kegiatan pemijahan ikan. Tujuan dilakukannya perhitungan derajat penetasan telur yaitu untuk mengetahui berhasilnya pemijahan yang dilakukan dan mengefaluasi kegiatan untuk pemijahan berikutnya.

3. Kualitas Air Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var)
Menurut Bramasta (2009) bahwa dalam pemeliharaan di kolam, lele sangkuriang tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir seperti ikan-ikan lainnya. Meskipun demikian, para ahli perikanan menyebutkan syarat dari kualitas air, baik secara kimia maupun fisika yang harus dipenuhi jika ingin sukses membudidayakan lele.

Kualitas Air Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var)

Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele sangkuriang tersebut sebagai berikut. Suhu air optimum dalam pemeliharaan ikan lele sangkuriang secara intensif adalah 25 – 30 oC. Untuk mendapatkan suhu itu, kolam perlu beri tanaman-tanaman air, sedangkan suhu untuk pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang 26 – 30oC (Himawan, 2008).

Umumnya ikan lele hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4 mg/l. Sering kandungan oksigen berubah secara mendadak, misalnya akibat penguraian bahan organik. Keasaman atau pH yang baik bagi lele sangkuriang adalah 6,5 – 9, pH yang kurang dari 5 sangat buruk bagi lele sangkuriang, karena bisa menyebabkan penggumpalan lendir pada insang, sedangkan pH 9 ke atas akan menyebabkan berkurangnya nafsu makan lele sangkuriang (Himawan, 2008).

Posted by Wasiwa
Wasiwa Updated at: January 07, 2015