Makalah Morfologi,Taksonomi dan Klasifikasi Ikan Koi (Cyprinus carpio)

 Makalah Morfologi,Taksonomi dan Klasifikasi Ikan Koi (Cyprinus carpio)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan usaha di bidang perikanan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan petani ikan khususnya dan membantu memperbaiki keadaan perekonomian di Indonesia yang ada pada saat ini dalam keadaan terpuruk melalui permintaan impor hasil penjualan ikan ataupun produk perikanan lainnya yang nantinya akan mempengaruhi devisa negara.
Iklim di Indonesia sangat mendukung budidaya ikan hias. Pada saat ini ikan hias bukan lagi hanya sekedar dijadikan hobi masyarakat melainkan telah menjadi kebanggaan, ini dikarenakan keindahan bentuk dan warna ikan mengundang minat banyak orang, sehingga bidang ini memberikan peluang bisnis yang besar.
Salah satu komoditi ikan hias yang memiliki ekonomis yang tinggi adalah ikan koi. Ikan koi (Cyprinus Carpio) sebagai ikan hias memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan ikan hias lainnya antara lain: peluang besar terhadap permintaan konsumen terhadap ikan koi cukup besar, penggemar ikan koi khususnya orang kota sangat senang membuat kolam koi di halaman rumah sebagai sarana rekreasi sekaligus gengsi, dan ikan koi sangat mudah dipelihara. Disamping itu, koi yang berkembang sekarang tidak lagi merupakan koi hias yang susah dijinakkan, tetapi relative cepat jinak dengan pemiliknya.
Blitar merupakan salah satu sentral budidaya koi di Indonesia dan salah satu daerah potensial penghasil ikan koi di Kabupaten Blitar  Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Blitar diketahui bahwa produksi ikan koi tahun 2004 tercatat sebesar 500000 ekor dengan nilai Rp 500.000.000,- dan menempati rangking pertama diikuti oleh jenis ikan hias lain.
Salah satu ancaman yang dapat merusak kelestarian sumberdaya alam hayati tersebut adalah serangan hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, serta organisme pengganggu tumbuhan.
Upaya mencegah masuknya ke dalam, dan tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia seperti hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, serta organisme pengganggu tumbuhan yang memiliki potensi merusak kelestarian sumberdaya alam hayati tersebut dilakukan melalui karantina hewan, ikan, dan tumbuhan oleh Pemerintah. Sesuai dengan ketentuan internasional, bangsa Indonesia juga memiliki kewajiban untuk mencegah ke luarnya hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, serta organisme pengganggu tumbuhan dari wilayah negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, penyelenggaraan karantina hewan, ikan, dan tumbuhan merupakan salah satu wujud pelaksanaan kewajiban internasional tersebut.
Salah satu karantina ikan yang ada di Indonesia adalah Balai Reaser Penataran di Kabupaten Blitar Jawa Timur. Balai Reaser Blitar di bangun pada tahun 2005 dan di resmikan pada tahun 2006. untuk mengetahui tehnik karantina Maka perlu dilakukan Praktek Kerja Lapang lebih lanjut di Balai Reaser Penataran.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Teknik Karantina Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Balai Reaser Penataran kab. Blitar.
2.      Sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam Karantina Ikan Koi  (Cyprinus carpio  di Balai Reaser Pentaran Kab. Blitar
3.      Hambatan dan kendala apa saja yang ada dalam karantina ikan koi  (Cyprinus carpio) di Balai Reaser Penataran Kab. Blitar.



1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Maksud dari PKL ini adalah agar penulis dapat menambah wawasan serta pengalaman dilapangan tentang karantina ikan koi ( Cyprinus carpio )  di Balai Balai Reaser Penataran kecamatan Nglegok kabupaten Biltar. Serta dapat mengaplikasikan ilmu yang ada dalam perkuliahan tentang Karantina Ikan.
1.3.2 Tujuan
            Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah sbb :
1.      Untuk mengetahui Teknik Karantina Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Balai Reaser Penataran Blitar.
2.      Untuk mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam Tehnik Karantina Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Balai Reaser Penataran Kabupaten Blitar Jawa Timur
3.      Untuk mengetahui hambatan dan kendala apa saja yang ada di Karantina Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Balai Reaser Penataran Kabupaten Blitar Jawa Timur

1.4 Kegunaan
Kegunaan dari kegiatan PKL ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha Karantina Ikan Koi (Cyprius carpio).


TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Koi
            Menurut Efendi (1993) koi mempunyai nenek moyang berupa ikan karper hitam, yang secara sistematik atau Taksonomi Ikan Koi dapat di urutkan sebagai berikut :

Morfologi Ikan Koi

Filum               : Chordata
Sub-filum        : Vertebrata
Super kelas      : Gnafosfomata
Kelas               : Esteichthyes
Superordo       : Teleostei
Ordo                : Ostariophysi
Family             : Cyprinidae
Genus              : Cyrinus
Jenis spesies    : Cyprinus carpio

            Malalui proses mutasi atau perkawinan silang yang di lakukan secara selektif, ikan karper hitam ialah berubah warna sehingga menghasilkan jenis koi yang berwarna-warni

2.2 Morfologi Ikan Koi (Cyprinus carpio)
            Ikan koi mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Adapun sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi ikan koi adalah sebuah sirip pungung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuah sirip ekor. Sirip ini terdiri dari jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip. Alat yang mampu sebagai tenaga dorong dari ikan koi terletak pada selaput sirip yang juga merupakan ”sayap”. (Susanto, 1997).
            Bentuk kepala ikan koi mirip ikan mas koki, tetapi pada ujungnya di lengkapi sepasang sungut. Sungut ini sebagai alat indra yang berfungsi untuk mencari makanan sewaktu berada dalam lumpur. (Efendi H, 1993)

Klasifikasi Ikan Koi
             
Tubuh ikan koi di tutupi kulit yang terdiri dari kulit luar dan kulit dalam. Kulit luar berfungsi sebagai pelindung terhadap kotoran yang ada di permukaan tubuh dan sekaligus mencegah masuknya hama penyakit, sedangkan kulit dalam mengadung zat warna (pigmen) yang antara lain dapat berupa Santofora (kuning), Melanofora (hitam), Guanofora (putih berkilauan), Eritrofora (merah). Dengan adanya bermacam-macam zat warna inilah tubuh koi tampak lebih bervariasi (Bachtiar Y, 2002)
Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara kontraksi memproduksi larutan dengan 4 macam sel warna yang berbeda. Adapun keempat sel yang di produksinya adalah Melanophore (hitam), Xanthopore (kuning), Erythrophowre (merah), dan Guanophore (putih). 


Organ perasa dan sistem syaraf mempunyai hubungan yang erat dengan penyusutan dan penyerapan sel – sel warna. Organ ini sangat reaktif sekali dengan cahaya. Tempatnya di antara lapisan epidermis dan urat syaraf pada jaringan lemak, yang terletak di bawah sisik (Susanto. H ,2005).
            Macam-macam warna yang ada pada ikan koi, yaitu hitam, merah, putih, kuning, keemasan, orange, biru, gading dan berbagai corak lainnya. Ikan koi ada yang mempunyai warna dasar satu warna, dua warna, tiga warna dan bahkan ada yang empat warna. Walaupun untuk kombinasi yang terahir ini hanya di temukan satu kali.

2.3 Habitat Dan Penyebaran

            Ikan Koi termasuk klas Pisces yang merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup diperairan tawar. Mereka biasa hidup pada temperatur 8 °c - 30°C. Oleh karenanya koi bisa dipelihara di seluruh Indonesia, mulai dari perairan pantai sampai hingga daerah pegunungan. Koi tidak tahan mengalami goncangan suhu drastis. Penurunan suhu hingga 5 °c dalam tempo singkat sudah bisa menyebabkannya kelabakan. Jika tubuh di selimuti lapisan putih, hingga 7°C.
Koi asli merupakan ikan air tawar, tapi masih bertahan hidup pada air yang agak asin. Sekitar (l0 %0) kandungan garam dalam air masih bisa untuk hidup koi. Sedangkan untuk pakan utama anak koi pertama kali adalah udang-udang renik seperti daphnia. Sejalan dengan pertumbuhan badannya mereka lantas bisa memakan serangga air, jentik-jentuk nyamuk, atau lumut-Iumut yang menempel pada tanaman sebagai hewan yang tergolong omnivora
Jantan koi akan matang kelamin ketika umumya mencapai 2 tahun, sedangkan betina berumur 1 tahun lebih lambat yaitu ketika berumur 3 tahun. Mereka akan memijah setahun sekali. Musim kawinnya pada bulan April hingga Juni. Berbeda dengan daerah yang mengalami empat musim, seperti Jepang, dikabarkan koi kawin setahun sekali. Di Indonesia yang hanya terdiri dari dua musim, koi bisa berpijah sepanjang tahun.
Pertumbuhan ikan koi tergantung pada suhu air, pakan dan jenis kelamin. Tidak ada binatang lain yang mempunyai pertumbuhan tidak teratur (seragam) seperti koi. Dalam tempo setengah tahun koi tumbuh sangat cepat. Pertumbuhan koi, berat dan panjang badannya sejalan dengan umurnya (Anonymous A, 2004).

2.4 Tingkah Laku Dan Kebiasaan Pakan
Pakan adalah faktor yang paling penting dan menentukan dalam usaha budidaya, khususnya proses pembesaran. Karena cepat atau lambatnya proses pembesaran sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Pakan sendiri dibedakan menjadi pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami bisa berupa plankton, tumbuhan maupun hewan air yang terdapat dikolam. Sedangkan pakan buatan misalnya berupa pelet (Susanto, 2002).
Selain pakan alami pakan buatan juga perlu diberikan dengan catatan kualitas dan kuantitasnya harus disesuaikan. Alasan diberikannya pakan buatan ini selain agar cepat besar juga untuk menjaga dan meningkatkan kualitas warna ikan (Agus et aI, 2002 ).
Koi bersifat omnivora atau pemakan segala jenis pakan. Karena itu, koi dapat diberi berbagai macam pakan, seperti roti, ikan, udang, kerang-kerangan atau tumbuhan. Pakan alami ini berasal dari tumbuhan dan hewan. Pakan ini diberikan dalam bentuk tepung, merupakan hasil ekstraksi dari pakan buatan dan paka alami. Fungsi pemberian pakan alami adalah untuk mencerahkan, mempertajam atau memperjelas, dan menambah kecemerlangan warna koi. (Bachtiar. 2002).


2.5 Kualitas air
Agus et al (2002), mengungkapkan bahwa kualitas air merupakan factor yang sangat penting dalam budidaya koi, karena buruknya kualitas air dapat menyebabkan warna menjadi pucat, keracunan dan kekurangan oksigen. Langkah preventip yang   dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air adalah membersihkan kolam secara periodik, dan menjaga agar kolam tidak terkena sinar matahari secara terus menerus   atau menjaga kedalaman air kolam kolam antara 0,5 – 1 m untuk mengurangi intensitas sinar matahari karena akan memacu pertumbuh alga.
Untuk perkolaman, air adalah media makhluk hidup air termasuk ikan.delapan puluh persen masalah yang dihadapi penangkar ikan koi adalah kualitas air. Penurunan kualitas air karena sampah, kotoran, sisa pakan yang tidak termakan dan penyebaran algae yang terlampau padat bias membawa persoalan serius bagi ikan, misalnya warna menjadi pucat, keracunan atau kekurangan oksigen dan bias menjadi penyebab berkembangnya berbagai penyakit pada koi.
Semua jenis ikan termasuk koi adalah hewan yang berdarah dingin. Jadi suhu yang ideal untuk koi adalah 25 – 30 0 C. air yang bagus untuk koi derajat keasaman airnya rendah (agak basa), ber pH antara 7,2 – 7,4. sementara itu nilai kesadahan yang toleran terhadap koi antara 5 – 7 ppm. Kecerahan kolam yang baik adalah sekitar 45 cm. untuk koi yang hidupnya di perairan yang mengalir maka debit airnya agak deras yaitu 1 – 4 liter/det/m2 dengan padat tebar untuk ukuran benih 25.000 ekor/m2 atau debit airnya deras yaitu 5 – 10 liter/det/m2 dengan padat tebar 100 – 200 ekor/m2 untuk ukuran 1 ekor sama dengan 100 gram. (Anonymous B, 2004)
Untuk menjaga kebersihan air kolam, maka air yang masuk harus disaring terlebih dahulu dalam bak filter, sedang untuk menambah oksigen yang terlarut, air yang masuk kekolam dialirkan terlebih dahulu melalui parit

2.6 Hama dan Penyakit
2.6.1 Hama
Hama merupakan organisme hewan yang secara langsung  maupun tidak langsung membunuh hewan ataupun memakan ikan yang di pelihara di kolam. Hama ikan terdiri dari:

Posted by Wasiwa
Wasiwa Updated at: January 07, 2015

0 komentar:

Post a Comment