Mengutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, anak suputra adalah anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, bijaksana, dan membanggakan keluarga. Kata "putra" berasal dari bahasa Sanskerta berarti kecil atau yang disayang. Anak suputra ini akan mengangkat harkat dan martabat orang tua.
Kelahiran anak suputra ini merupakan tujuan ideal dari setiap perkawinan dalam ajaran Hindu. Kata yang lain untuk putra adalah: sùnu, àtmaja, àtmasaýbhava, nandana, kumàra dan saýtàna.
Jika orang tua tidak mendidik anaknya dengan baik, maka anak tersebut akan menjadi anak kuputra, yang merupakan perlawanan dari suputra.
Nitisastra Sargah IV.21 Menyebutkan bahwa:
"Anak yang sedang berumur 5 tahun, hendaknya diperlakukan seperti anak raja. Jika sudah berumur 7 tahun, dilatih supaya suka menurut, jika 10 tahun diajari membaca, jika sudah 16 tahun diperlakukan sebagai sahabat, kalau kita mau menunjukkan kesalahannya, harus dengan hati-hati sekali, jika ia sendiri sudah beranak, diamati-amati saja tingkahnya, kalau hendak memberikan pelajaran kepadanya, cukup dengan gerak dan alamat."
Perlakuan Usia 0- 5 Tahun
seorang ibu harus mampu untuk dimanja dengan memberikan kasih sayang hingga Si Kecil berusia lima tahun. Bahkan di tengah kesibukan ibu dan ayah yang bekerja, ibu harus menyempatkan untuk memberikan kasih sayang dengan taraf yang cukup sebagai pola asuh anak suputra.
Jika Si Kecil tidak dimanjakan dengan porsi yang tepat, anak akan menjadi terasingkan dengan lingkungannya, dan kelak ia akan tumbuh menjadi orang yang sulit beradaptasi dengan lingkungannya.
Didik Saat Usia 7 - 15 Tahun
Anak juga perlu diberikan bentuk disiplin dari orang tuanya. Hal ini agar kelak ia tidak menjadi anak yang melawan, menjadi anak yang patuh dan melakukan kebaikan. Anak yang terlalu dimanja saat balita menjadikan dirinya tidak mempan untuk dimarahi, apalagi dalam bentuk pemberian "hukuman". Ini karena anak cenderung bersifat melawan.
Sebagai contoh, perlakuan Guru Drona terhadap anaknya Aswatama yang menjadikan sang anak manja dan suka melawan orang tua serta tak segan-segan mengancam ayahnya jika tidak menuruti keinginanya.
Hal sederhana seperti menegur dan memberitahu hal yang salah dan benar, taat pada aturan keluarga yang sudah dibuat, hormat kepada orang tua, dan mengamalkan ajaran Hindu dengan tepat.
Perlakuan Saat Usia 16 Tahun ke Atas
Ketika anak menginjak remaja, ia sudah memiliki berbagai keinginan yang mungkin tak selaras dengan keinginan orang tuanya. Ia mungkin telah punya minat yang bisa jadi tak sesuai dengan kehendak orang tuanya.
Kitab Nitisastra mengajarkan agar orang tua mengasuh anak dengan menjadikannya teman. Misalnya, lebih sering mengajaknya mengobrol, dan bukan menunjukkan status sebagai orang tua yang otoriter.
Berikan pandangan bahwa orang tua adalah sosok yang bisa diajak diskusi, dapat diandalkan. Hal ini akan mendorong anak untuk menjadi lebih terbuka dengan ibu dan ayahnya.
Kitab Nitisastra juga menyebutkan anak yang tidak diasuh dengan baik akan menjadi kuputra. Dalam Nitisastra Sloka 3.15 disebutkan:
"Seluruh hutan terbakar hangus hanya karena satu pohon kering yang terbakar. Bagitulah seorang anak yang kuputra menghancurkan dan memberikan aib bagi seluruh keluarga."
ada kitab Nitisastra pula, ada juga ajaran tentang bagaimana seharusnya mengasuh anak agar Si Kecil bisa menjadi seorang anak suputra. Dalam Nitisastra Sloka 3.18, disebutkan:
Laalayet panca varsani, dasa varsani taadyet, praapte to sodase varse, putram mitravadaacaret.
Artinya:
"Asuhlah anak dengan memanjakannya sampai berumuh lima tahun, berikanlah hukuman (pendidikan disiplin) selama sepuluh tahun berikutnya. Kalau ia sudah dewasa (sejak remaja) didiklah dia sebagai teman."
0 komentar:
Post a Comment