Alasan Orang Hindu Tidak Boleh Membuang Sampah Sembarangan

Referensi ini dapat dari Kalapurana yang tertuang pada sebuah buku yang berjudul "BAYUH OTON, Ruwatan Menurut Kelahiran" yang sampul bukunya seperti gambar di bawah ini!


Tersebutlah Bhatara Siva berputra dua yaitu Bhatara Kala dan Dewa Kumara. Pada suatu ketika Batara Kala yang bertabiat seperti raksasa bertanya kepada ayahandanya, menanyakan siapa saja yang boleh disantapnya. Siva menjelaskan bahwa yang boleh disantap adalah bila ada orang yang berjalan tepat tengah hari dan yang lahir pada wuku wayang. 


Setelah mendengar hal itu Bhatara Kala teringat bahwa adiknya, Dewa Kumara lahir pada hari sabtu kliwon Wuku Wayang. Oleh karena itu ia ingin menyantapnya, tetapi dilarang oleh Bhatara Siva dengan alasan adiknya masih terlalu kecil. Setelah beberapa lama, datang lagi Bhatara Kala mohon agar adiknya bisa disantapnya, namun sebelumnya Siva telah menyuruh Dewa Kumara lari ke Bumi.


Mengetahui hal itu Kala lalu mengejarnya ke bumi. Untuk menghalangi tertangkapnya Dewa Kumara, Siva dengan Bhatari Uma dengan mengendarai lembu putih turun. Ia ke dunia tepat tengah hari. Kala pun dihadangnya. melihat hal ini Siva pun mau disantap namun Siva berkelit melalui teka-teki yang harus dikupas. Kalau ia berhasil boleh menyantap-Nya. 


Akhirnya Kala pun tak berhasil mengupas teka-teki itu dan tambahan lagi matahari telah condong ke barat. Sementara itu Dewa Kumara telah jauh larinya. Dengan sangat geramnya Bhatara Kala mengejarnya. Karena kepepet Dewa Kumara bersembunyi pada onggokan sampah. Kala menerkamnya, dan Kumara pun berlari lagi. 


"Lalu Kala mengutuk orang yang membuang sampah sembarangan agar kena penyakit menular." 


Sembari mengejar lagi Dewa Kumara, kemudian Ia bersembunyi pada tungku api di dapur orang. Dewa Kala melihatnya. Lalu mengambil dari tungku kanan. Kumara pun keluar melalui tungku kiri. Dan Kumara terlepas dari terkamannya. Dewa Kala lagi-lagi mengutuk orang, agar siapa saja yang tidak menutup tungku bila memasak agar kebakaran. Sementara itu Dewa Kumara telah berlalu jauh, dan bertemu dengan pergelaran wayang. 


Dengan sedihnya la mohon belas kasihan Ki Dalang agar sudi menyembunyikan dirinya. Ki Dalang belas kasihan, lalu menyuruh Dewa Kumara masuk pada gender bungbung gendernya. Dewa Kumara sangat gembira mengikuti petunjuk Ki Dalang. 


Sementara Dewa Kala pun tiba. Ia melihat pajangan banten. Karena Ia lapar, lalu ia menyantap habis bebanten itu. Kemudian setelah kenyang lalu ia bertanya kepada Ki Dalang. Di mana Dewa Kumara itu berada. Dengan tenang Ki Dalang menjawab dan menjelaskan bahwa Dewa Kumara ada pada perlindungannya. Bilamana Dewa Kala dapat mengembalikan banten itu dengan utuh, Dewa Kumara akan diserahkan. Kalau tidak Dewa Kumara tidak boleh disantap. 


Tentu saja Dewa Kala tak bisa mengembalikan dan menyerah. Dewa Kumara lalu dipulangkan ke sorga. Ki Dalang dan Dewa Kala bercakap-cakap dan mengadakan kesepakatan. Bilamana ada orang yang lahir pada Wuku Wayang dan tidak dilukat dengan panglukatan Mpu Leger boleh disantap oleh Dewa Kala. Dewa Kala pun menjadi senang.


Posted by Wasiwa
Wasiwa Updated at: January 27, 2022

0 komentar:

Post a Comment