Pada
siang hari Lele Dumbo memang jarang menampakkan aktivitasnya dan lebih menyukai
tempat yang bersuasana sejuk dan gelap. Ikan lele dumbo bersifat nokturnal
(aktif pada malam hari). Lele dumbo mencari makan biasa dilakukan pada malam
hari, namun, pada kolam-kolam budidaya lele dumbo dapat dibiasakan diberi pakan
pada siang hari (Santoso, 1994).
Lele
dumbo termasuk kedalam klas Pisces terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar hingga
mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan misalnya pellet.
Lele dumbo sering digolongkan pemakan segala (omnivora). Makanan berupa bangkai
seperti ayam, bebek, angsa, burung, bangkai unggas lainnya dilahapnya hingga
tulang belulangnya. Lele dumbo juga dikenal sebagai pemakan bangkai atau scavenger.
Di kolam budidaya, lele dumbo mau menerima segala jenis makanan yang diberikan
(Santoso, 1994).
1. Pemeliharaan Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell)
Memelihara
lele dumbo bisa dilakukan di berbagai tempat. Ikan lele umumnya dipelihara di
kolam. Kolam bisa dibuat dari bermacam-macam bahan bisa beton, terpal, bahkan
bisa dipelihara di sawah penduduk. Kolam beton bisa dibangun dengan syarat
adanya lahan yang cukup. Ukuran kolam sebagai pedoman, setiap 1 m³ air dapat
menampung 30-50 ekor lele berukuran sekitar 10 cm.
Bila
kedalaman kolam 1-1,5 m, maka setiap 1 m² kolam dapat digunakan untuk
memelihara paling sedikit 30 ekor lele. Dinding kolam sebaiknya dibuat tegak
lurus, karena lele memiliki patil yang dapat digunakan untuk merangkak dengan
berpijak pada dinding yang agak miring. Dasar kolam sebaiknya dibuat agak
miring ke arah pintu pengeluaran air, agar pengeringan kolam tidak mengalami
kesulitan (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).
Variasi
Kolam bisa dilakukan dengan berbagai cara karena tidak adanya spesifikasi
ukuran kolam yang baku. Bisa bervariasi, luas minimal 20 m² dan maksimal 70 m².
Tinggi kolam antara 80 cm -120 cm, kedalaman air antara 70 cm - 110 cm. Bentuk
kolam pun bisa bervariasi, bisa segiempat panjang atau pun bujursangkar, dan
bundar. Saluran pemasukan air posisinya sedikit di atas.
Kolam
dilengkapi dengan 2 atau 3 pembuangan yaitu pembuangan atas, tengah dan bawah.
Lubang pembuangan atas untuk membuang kotoran dan fitoplankton yang berlebih
atau tebal biasanya dilakukan pada siang hari. Lubang bawah untuk membuang
endapan yang berasal dari sisa-sisa pakan, kotoran ikan, maupun plankton yang
mati. Kualitas air diusahakan sesuai kultur ikan. Air diupayakan tidak terlalu
bening agar lele merasa lebih nyaman (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).
Kolam
terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari
terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam gali
maupun kolam semen. Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan
ataupun di halaman rumah. Keuntungan lain dari kolam terpal adalah:
- Terhindar dari pemangsaan ikan liar.
- Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk memudahkan pergantian air maupun panen. Selain itu mempermudah penyesuian ketinggian air sesuai dengan usia ikan.
- Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro.
- Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, lele terlihat tampak bersih, dan seragam (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002; Margolang, 2008).
Kandungan Omega 3 pada Ikan Rucah Omega-3 merupakan asam lemak yang memiliki
posisi ikatan rangkap pertama pada atom karbon nomor 3 dari ujung gugus
metilnya (Nettleton, 1995;
Rasyid
2003).
Asam
lemak omega 3 yang mempunyai arti khusus dalam ilmu gizi adalah alfa-asam
linolenat (18:3 ω-3) serta turunannya, asam eikosapentanoat EPA (C 20:5 ω-3)
dan dokosaheksaeonat DHA (C 22:6 ω-3) (Almatsier, 2004). Jenis asam lemak tak
jenuh pada minyak ikan hampir sama dengan minyak pada tumbuhan. Perbedaannya
hanya pada kadar asam lemak tertentu misalnya, asam lemak utama pada minyak
ikan berkonfigurasi omega-3, sedangkan pada tumbuhan dan hewan lainnya lebih
banyak mengandung asam lemak berkonfigurasi omega-6 (Netlleton, 1995; Rasyid,
2003; Schmidt et al, 2001).
Asam
lemak omega 3 adalah asam a-linolenik (18:3) ditemukan terutama dalam tanaman
dan asam eikosapentaenik (20:5) dan asam dokosahexaenoik (22:6) khususnya ditemukan
hewan air, EPA dan DHA disintesis oleh fitoplankton, yang kemudian dikonsumsi
oleh ikan, mollusca dan
crustaceae,
dengan demikian dikonsentrasikan dalam rantai makanan air (Farrell, 1998 ;
Mu’nisa, 2003).
Sumber
diet utama omega 3 pada manusia adalah ikan. Alga laut dan fitoplanton
mensintesis omega 3 dimana masuk kedalam rantai makanan. Variasi kandungan
minyak pada ikan menyolok berbeda spesis dan kandungan omega 3 pada berbagai
minyak diantara spesies yang berbeda. Ikan yang ditemukan pada air dingin lebih
tinggi kandungan omega 3 dibanding pada air hangat dan kandungan omega 3 pada
ikan laut lebih tinggi dibanding pada air air tawar (Farrell, 1998 ; Mu’nisa,
2003).
Ikan
rucah sebagai hasil tangkapan sampingan pada siklus hidupnya mengkonsumsi alga
laut dan fitoplankton, dengan demikian ikan rucah ini mengakumulasi omega 3
dalam tubuhnya. Ikan rucah sebagai ikan murah dan tidak ekonomis ini akan
dimanfaatkan sebagai sumber alternatif penghasil omega 3 pada ikan lele dumbo.