Kisah Cerita Sunitha


Yama adalah dewa kematian. Ia juga dikenal sebagai Mrtyu, Kala atau Dharma. Semua pendosa mendapat hukuman dari Yama. Yama memiliki seorang putri bernama Sunitha.

Sunitha memiliki kebiasaan pergi ke hutan bersama teman-temannya. Di tengah hutan ia kebetulan melewati sebuah pertapa. Seorang Gandharva (penyanyi surga) bernama Susankha sedang sibuk bermeditasi dalam pertapaan itu.

Sunitha berusaha menggangu Susankha yang bermeditasi, namun sang Gandharva tidak memperdulikan mereka. Ia hanya meminta Sunitha agar segera menjauh. Meskipun amarhnya diungkit-ungkit ia memaafkan Sunitha. Karena dia hanyalah seorang wanita. Namun Sunitha tidak mau pergi. Dia sangat angkuh pada kenyataan bahwa dirinya adalah putri Dewa Yama. Kemudian dia menampar Susankha, dan menerima perlakuan seperti itu, Susankha menjadi kehilangan kesabaran.

“Kau benar-benar wanita jahat, kata Susankha. “Kau pantas dihukum. Aku telah berusaha keras melakukan meditasi dan kau berusaha menggangguku. Aku mengutukmu bahwa putramu akan menjadi sangat jahat.

Dalam waktu yang sama, terdapatlah seorang raja bernama Anga yang merupakan putra dari Rsi Atri. Suatu kali, Anga kebetulan berjalan-jalan di sebuah taman bernama Nandanakanana dan disana ia melihat Indra. Indra sedang dilayani oleh dewa-dewa lain, gandharva dan para bidadari. Melihat hal ini, Anga menjadi sangat terkesan dan ia berhasrat memiliki seorang putra sehebat Indra. Ia kemudian menanyai ayahandanya “Bagaimana hamba bisa memilki putra yng sehebat Indra.

“Kau harus berdoa kepada Visnu” jawab sang rsi. Anga kemudian pergi ke Gunung Sumeru untuk bermeditasi. Di puncaknya terdapat banyak pertapaan yang sering dikunjungi oleh para dewa dan rsi, dan dari Gunung Sumeru itulah Sungai Gangga mengalir. Anga berhasil menemukan sebuah gua yang cukup rindang dan sejuk di pinggir Sungai Gangga dan mulai berdoa kepada Visnu. Anga bermediasi selama seratus tahun, dan banyak godaan yang dialami selama bermeditasi. Akhirnya Visnu muncul dan bersabda” Tapa doa’mu telah membuatku berkenan, anugrah apa yang kau minta?”

Hamba ingin memiliki seorang putra yang sakti dan baik hati, jawab Anga. “terjadilah apa yang kau inginkan “sabda Sang Visnu.” “Carilah seorang wanita yang baik dan nikahilah dia, maka putramu akan menjadi termashyur dalam garis keturunan Atri.

Sementara itu, Sunitha pergi dan kembali kepada ayahandanya yaitu Dewa Yama dan memberitahu tentang kutukan Susankha padanya dan Yama menjadi dilema. Beliau menyadari bahwa Sunitha telah melakukan perbuatan yang paling tidak pantas yaitu menggangu tapa sang Gandharva. Yama menyuruhnya untuk melakukan tapa di hutan. Dengan meditasi itu maka akibat dari kutukan itu bisa diperingan. Namun tetap saja berkembang situasi dimana tidak seorangpun mau menikahi Sunitha, karena semua orang tau tentang kutukan Susankha dan siapakah yang mau menikahi seorang wanita yang melahirkan seorang anak yang jahat.

Namun Sunitha memiliki beberapa teman, dan teman-temannya itu mengajarkannya seni menarik perhatian laki-laki. Mereka juga telah mengetahui bahwa raja Anga mendapatkan anugrah dari Visnu, bahwa ia akan memiliki seorang anak yang sakti dan baik hati. Mereka menganggap bahwa anugrah Visnu itu akan meredam akibat kutukan dari Susankha dan menjanjikan bahwa Anga bisa dibujuk untuk menikahi Sunitha.

Sunitha pun mulai aksinya untuk membuat raja Anga tertarik padanya, dan diapun berhasil membuat Raja Anga jatuh cinta dan menikahinya. Dari pernikahan mereka lahirlah seorang anak bernama Vena.

Vena kemudian menjadi terpelajar dalam sastra dan kitab suci serta mahir dalam seni perang. Ia menjadi anak yang baik dan mematuhi semua ritual dan aturan agama. Sunitha, ibunya masih teringat akan kutukan Susankha, dan ia terus mengajarkan Vena tentang kewajiban untuk hidup dalam kebaikan dan selalu berusha membuat Vena tidak menjadi anak yang jahat. Vena akhirnya menggantikan ayahnya menjadi raja.

Kemudian suatu hari datanglah seorang guru agama mengunjungi Vena dengan penampilan yang aneh, tata busana dan membawa sebuah sapu yang terbuat dari bulu merak serta cangkir yang terbuat dari tempurung kelapa.

“Siapakah anda? tanya Vena” Aliran apa yang anda ikuti.

 “Aku menganut agama sejati, jawab guru itu, Aku seorang jain, Dewaku adalah Arahat dan aku mengajarkan agama pengampunan pada semua orang”.

“Aku tidak mempercayai ritual-ritual yang tidak berguna ataupun pembacaan Veda-Veda. Apa yang bisa didapat dari Yajnya, semua itu hanyalah agar para brahmana selalu mendapat perjamuan pesta. Agama Veda mengajarkan pembunuhan binatang, tapi apakah binatang juga bukan makhluk hidup seperti kita? Apa pula yang dimaksud dengan sistem kasta yang kalian anut, Seorang Brahmana ditetukan oleh sikap dan prilakunya, bukan karena keturunannya. Bagaimana sebuah sungai bisa dikatakan sebagai tirtha (tempat suci). Apakah karena ada air yang mengalir? Bukan. Sebuah tirtha hanya bisa dikatakan tirtha dimana agama benar-benar dipraktekkan, anutlah agamaku maka kau akan mendapatkan kebahagiaan.

Kata-kata yang sepintas masuk akal itu akhirnya mempengaruhi Vena. Ia mulai menjadi semena-mena, menlenceng dari kebenaran, ia meninggalkan agama yang diajarkan oleh Veda. Ia memerintahkan bahwa kitab Veda tidak boleh lagi dibaca diseluruh kerajaannya dan semua yajnya dihentikan, pemberian sedekah juga dilarang. Hal ini membuat Anga dan Sunitha merasa terganggu dan dilema. Sapta rsi berusaha membujuk Vena tapi dia tidak mau mendengarkannya. Ia berkata bahwa tidak ada gunanya berdoa kepada para dewa, kata-kata itu membuat murka ketujuh rsi. Vena takut akan kutukan rsi dan melarikan diri ke pegunungan yang tersembunyi, namun para rsi menemukannya dan menyeretnya keluar. Para rsi kemudian memutuskan untuk menunjuk orang lain menggantikan Vena, namun masalahnya adalah Vena tidak memiliki keturunan.       

Para rsi kemudian mengurut-urut tubuh Vena agar bisa terlahir seorang putra. Yang pertama diurut adalah tangan kirinya, dan hasilnya adalah seorang anak cebol muncul dengan tubuh berwarna gelap. Matanya berwarna merah darah dan ia adalah mahkluk jahat. Ia berdiri di hadapan para rsi. Para rsi berkata “Nisida” artinya duduk, dari kata inilah, manusi cebol itu diberi nama Nisida. Ia dan keturunnya menjadi generasi para pemburu dan nelayan yang tingal di pegunungan Vindhya. Sifat jahat Vena telah keluar dari tangan kirinya itu. Ketika tangan kanannya diurut, maka keluarlah seorang anak yang baik hati bernaa Prthu.

Sedangkan Vena sendiri, ia pergi kepinggir selatan Sungai Reva, Vena tinggal disebuah pertapaan rsi Trinavindu dan mulai berdoa kepada Visnu. Visnu kemudian muncul di depan Vena dan memberinya banyak nasehat dan wejangan. Sumber: http://arsawigunamade.blogspot.com

Posted by Wasiwa
Wasiwa Updated at: January 27, 2014

0 komentar:

Post a Comment